BAB I PENDAHULUAN
Pengembangan kurikulum adalah
istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan
evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum
atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan
hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Prinsip-prinsip yang akan
digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan
kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru.
Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan
sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum
yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak
sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam
hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip –
prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas;
(2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan
alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Kebudayaan nasional yang didukung
oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan beradab yang merupakan
nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap
aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga,
jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan
perternakan, pertaqnian holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan
hidup sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum yang mangacu pada karakteristik
peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga mengacu
kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar acuan
keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum muatan
lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal
11 Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7
Oktober 1987.
BAB II KAJIAN MATERI
I.
PERKEMBANGAN KURIKULUM NASIONAL
Perubahan kurikulum, dalam arti
pengembangan, tentu akan berdampak terhadap kesiapan sekolah dan guru untuk
mengimplementasikan di depan kelas. Mekanisme pengembangan kurikulum dapat
dilakukan sebagai contoh, seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum
dituntut menguasai manajemen pengembangan kurikulum. Dalam mengembangkan
kurikulum, setidaknya guru akan menemui delapan problem sebagai berikut :
- Pertama, bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan materi.
- Kedua, bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang
dibutuhkan.
- Ketiga, bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk peserta
didik maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan
pembangunan daerah dan nasional.
- Keempat, bagaimana mengintegrasikan materi yang satu dengan materi
lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi.
- Kelima, bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan.
- Keenam, bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan
berjenjang.
- Ketujuh, bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi
secara menyeluruh.
- Terakhir, bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan dapat
menjangkau masa depan alias memiliki daya guna bagi kehidupan peserta
didik.
A. Hakikat
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam
kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga
memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya
fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang
manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. Orientasi pengembangan
kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:
- Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak
dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
- Pandangan tentang anak : apakah anak dianggap sebagai organisme yang
aktif atau pasif.
- Pandangan tentang proses pembelajaran : apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah
perilaku anak.
- Pandangan tentang lingkungan : apakah lingkungan belajar harus
dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak
bebas belajar.
- Konsepsi tentang peranan guru : apakah guru harus berperam sebagai
instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator
yang siap member bimbingan dan bantuan pada anak didik untuk belajar.
- Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilam ditentukan dengan tes
atau nontes.
B.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
- Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya
pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap
maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab
itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi. Ada
dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara
komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi,
materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau
metodeyang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan.
Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
- Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam
kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada.
Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang,
latar belakang atau kemampuan dasar siswa, yang rendah, atau mungkin sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur
atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan. Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi, yaitu :
- Pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan
ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai
dengna kondisi yang ada.
- Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
- Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian
bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran
pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
- Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan
dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektifitas dalam suatu
pengembangan kurikulum.
- Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan
dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan
dengan hasil yang diperoleh.
C. Landasan
Pengembangan Kurikulum
Ada tiga landasan pengembangan
kurikulum, yakni landasan filosofil, psikologis, dan landasan
sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini :
- Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat berasal dari kata Yunani
kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”. Philos, artinya cinta yang
mendalam dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan.
- Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Secara psokologis, anak didik
memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun
potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan
itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan
belajar anak.
- Landasan Sosiologis – Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
Sekolah berfungsi untuk
mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh
karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di
sekolah harus relevan dengan tuntuan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks
ini, sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai
suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfumngsi untuk mempersiapkan anak
didik falam kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu, kurikulum bukan hanya berisi
berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang
dibutuhkan masyarakat.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Masyarakat dan bangsa Indonesia
memiliki keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi.
Keragaman tersebut berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalaman belajar,
dan kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar serta mengolah
informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil
belajar. Keragaman itu menjadi suatu variabel bebas yang memiliki kontribusi
sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik sebagai proses maupun
kirikulum sebagai hasil. Oleh karena itu, keragaman tersebut harus menjadi
faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori,
visi, pengembangan dokumen, sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum.
Pengembangan kurikulum di Indonesia harus didasarkan pada faktor-faktor
keragaman sosial budaya secara nasional, lingkungan unit pendidikan, dan
kebudayaan daerah.
- Keragaman sosial budaya nasional menjadi dasar dalam mengembangkan
berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses, dan evaluasi;
- Lingkungan unit pendidikan yaitu guru, sumber belajar dan objek
belajar yang merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa;
E. Tujuan
Kelembagaan (Institusional Purpose)
Tujuan kelembagaan sama artinya
dengan visi dan misi sekolah. Pengembangan kurikulum selamanya harus sejalan
dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan, karena kurikulum pada
hakikatnya disusun untuk mencapai tujuan sekolah. Setiap jenis sekolah akan memiliki
visi dan misi yang berbeda. Jenis sekolah kejuruan, misalnya akan berbeda
dengan sekolah umum. Sekolah kejuruan yang memiliki visi dan misi untuk
memersiapkan anak didik memiliki keterampilan sesuai dengan lapangan pekerjaan
tertentu, maka mengembangkan isi kurikulum akan lebih tepat dilakukan melalui
analisis pekerjaan (job analysis), bukan melalui analisis disiplin ilmu.
Sebaliknya, sekolah yang memiliki visi dan misi untuk mempersiapkan anak didik
dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, maka analisis
disiplin ilmu, seperti pemahaman fakta, konsep teori dan sebagainya, akan lebih
cocok dibandingkan dengan penentuan isi kurikulummelalui analisis tugas atau
analisis pekerjaan. Dengan demikian, visi dan misi sekolah harus menjadi pertimbangan
utama dalam menentukan isi kurikulum. Sehingga, pengalaman belajar yang
dilakukan siswa di sekolah, akan menjamin pencapaian tujuan sekolah yang
bersangkutan.
II.
PERKEMBANGAN MUATAN LOKAL
A. Pengertian
Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, puskur (2006). Substansi mata
pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan disesuaikan dengan
karakteristik daerah masing-masing. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur
dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar
penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya
terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran
muatan lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain.
Muatan lokal merupakan mata
pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal
setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. Pelaksanaan pembelajaran
muatan lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan
kompetensi yang dicapai.
B.
Pengembangan Muatan Lokal
Pemberlakuan KTSP membawa
implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana
hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan
Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini memberikan peluang kepada
Satuan Pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, oleh karena itu perlu dipersiapkan
berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal Ada dua pola
pengembangan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh sekolah yang belum mampu
mengembangkan mata pelajaran muatan lokal antara lain yang dikemukakan dalam
puskur (2006):
- Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih
layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah?
- Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut
masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah mengembangkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
- Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk
diterapkan, maka sekolah dapat menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal
dari sekolah lain atau dapat menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang
ditawarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
C. Proses
Pengembangan Muatan Lokal
Mata Pelajaran Muatan lokal
pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang
membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan
pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata
Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk
menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang
bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan
Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas
dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui
antara lain dari:
- Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan
daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
- Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
- Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan
daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
2. Menentukan fungsi dan
susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa
sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis
kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain
untuk :
- Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
- Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
- Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
- Meningkatkan penguasaan bahasa Asing untuk keperluan sehari-hari;
3. Menentukan bahan kajian
muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk
mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan
sebagai bahan kajian sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan
bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut :
- Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
- Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
- Tersedianya sarana dan prasarana;
- Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
- Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
- Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
- Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan
situasi daerah.
D. Tujuan
Pengembangan Muatan Lokal
Mata pelajaran muatan lokal
bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada
peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku
di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan
nasional, puskur (2006). Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat:
- Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya,
- Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya,
- Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan
nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan
dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang
pembangunan nasional.
- Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta
dapat membantu mencari pemecahannya.
- Mengetahui kurikulum muatan lokal apa saja yang telah dikembangkan
oleh sekolah di masing-masing kota/kabupaten atau Provinsi.
- Mengetahui relevansi kurikulum muatan lokal yang dikembangkan dengan
kondisi perkembangan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan potensi
daerah masing-masing; sejauh mana kompetensi guru yang mengajarkan muatan
lokal.
Petunjuk teknis ini disusun
dengan tujuan memberikan acuan bagi:
- Satuan pendidikan dalam melakukan analisis potensi internal dan
eksternal;
- Satuan pendidikan tentang mekanisme dan prosedur penentuan muatan
lokal;
- Satuan pendidikan dalam melaksanakan pendidikan berbasis keunggulan
lokal melalui muatan lokal;
- Guru muatan lokal untuk mengembangkan SKL, SK, dan KD muatan lokal.
BAB III PENUTUP
I.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah
dijabarkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan salah
satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam
kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga
memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya
fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang
manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Kurikulum yang mangacu pada
karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga
mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar
acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Muatan
lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada,
puskur (2006).
II.
Saran
Setelah dipertimbangkan bahwa
pengembangan kurikulum dan muatan lokal sangat berpengaruh dalam pengembangan
peserta didik juga, yang mana bahwa dalam pengembangan kurikulum dan muatan
lokal jika dapat berjalan dengan baik dan sukses maka akan menghasilkan peserta
didik yang berkualitas pula. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum dan muatan
lokal perlu mendapat perhatian khusus dan pertimbangan secara matang untuk
kesiapan pendidikan nasional yang mengarah ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
- http://my.opera.com/dhaniklopedia/blog/2010/06/11/makalah-landasan-pengembangan-kurikulum
- http://skripsisolusi.wordpress.com/2009/12/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum/
- http://www.slideshare.net/inset98/manajemen-pengembangan-kurikulum
- http://retnimath.wordpress.com/2009/01/30/pengembangan-mata-pelajaran-muatan-lokal-dalam-ktsp-berwawasan-multikultural/
- http://lpmpbabel.penjaminanmutu.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12:workshop-penyusunan-instrumen-pengembangan-muatan-lokal&catid=5&Itemid=14
- http://bandono.web.id/files/Juknis%20Pengembangan%20Muatan%20Lokal.pdf